Semenjak pengalamanku menyetubuhi Anty.. tetanggaku yang berstatus istri orang.. aku semakin terobsesi untuk mencari sasaran lain untuk memuaskan libidoku yang tinggi.
Kali ini sasaranku juga istri tetanggaku yaitu Tya. Tya seorang ibu satu anak berusia 3 tahun. Usianya kutaksir baru sekitar 25 tahunan.
Berbeda dengan Anty yang tergolong type STNK –Setengah Tua Namun Kenyal..– Tya jauh lebih muda.
Hal ini terlihat dari tubuhnya yang ramping dengan kulit yang masih kencang.
Perawakan Tya cukup mungil dengan tinggi hanya 150 an cm dengan rambut ikal sepunggung.
Namun ada aset milik Tya yang sering membuatku menelan ludah jika melihatnya.
Dengan tubuh semampai.. Tya memiliki ukuran payudara yang cukup besar dengan bentuk bulat sempurna.
Hal ini terlihat jelas.. karena ia sering mengenakan kaus ketat di lingkungan rumahnya. Dan ia pun memiliki bentuk bokong yang sama bulatnya.
Intinya.. Tya memiliki body yang cukup aduhai. Tampaknya ia cukup pandai merawat diri. Sungguh beruntung lelaki yang mampu meyetubuhinya.

Di lingkungan tempat tinggal kami.. Tya dan suaminya masih menumpang di rumah kedua orangtuanya. Tya dan suaminya sama-sama bekerja.
Menurut informasi yang aku dapatkan dari istriku.. Tya bekerja sebagai staf administrasi di suatu perusahaan di Kelapa Gading.
Sedangkan pekerjaan suaminya aku tidak tahu. Lagipula ngapain aku cari informasi tentang suaminya..? Hehehe.
Tya memiliki dua orang adik perempuan yang tidak kalah cantiknya. Kiki yang berusia 22 tahun dan baru saja lulus kuliah.. dan Maya yang baru berusia 17 tahun.. masih duduk di kelas 3 SMA.
Dengan kedua adiknya ini aku pun nantinya memiliki kisah tersendiri yang akan aku ceritakan di bagian yang terpisah.
Hubunganku dengan Tya memang tidak terlalu dekat.. namun kami sering saling menyapa apabila berpapasan di jalan.
Dan anaknya pun sering bermain dengan anakku. Ia tipe wanita yang ramah dan supel.
Untuk berangkat bekerja Tya menggunakan sepeda motor maticnya. Ia berangkat sendirian.
Tampaknya tempat kerjanya dan suaminya berbeda arah.. sehingga mereka menggunakan sepeda motor masing-masing.
Dan ini menyulitkanku untuk melakukan pendekatan padanya.
Tak bisa kulakukan lagi cara pendekatan yang sama dengan Anty.. yaitu beralasan berangkat bareng-bareng. Aku harus putar otak untuk bisa mendekatinya.
Namun yang namanya rejeki kadang datang tiba-tiba.
Pagi itu aku sedang memanaskan mesin motorku dan bersiap untuk berangkat kerja. Ketika itu kulihat Tya berjalan kaki ke ujung gang untuk berangkat kerja. Koq.. tumben gak bawa motor..?Gumanku dalam hati.
Karena hari itu hari Jumat.. kulihat penampilan Tya cukup kasual. Dengan setelan celana jeans warna hitam dan blouse batik sebagai atasan.. tidak mampu menyembunyikan bentuk tubuhnya yang aduhai.
Bentuk dadanya yang membusung ke depan dan bokongnya yang melenggak-lenggok ke kanan ke kiri dengan indahnya.
Bergegas kuambil helm serta jaket.. dan buru-buru pamit pada istriku untuk berangkat kerja. Kuikuti Tya dari kejauhan. Dan begitu sampai di ujung gang segera kuhampiri dia.
“Lho koq ga bawa motor mbak Tya..? Mau kerja ya..?”
“Iya mas.. kebetulan motorku lagi dipinjem adik untuk interview..”
“Oh begitu..”
“Eh, Mbak Tya kerja di Kelapa Gading khan..? Kebetulan aku lagi ada urusan ke Sunter dan lewat kelapa gading. Bareng aja yuk..” Ajakku.
Sebenarnya alasanku ke Sunter hanya akal-akalanku saja.. agar aku bisa ada alasan mendekatinya.. kalo aku bilang mau ke Kelapa Gading.. nanti terbaca donk niatku sesungguhnya. Hehehe
Tya tampak ragu dengan ajakanku. “Gak usah deh mas.. aku naik angkot saja.. lagipula saya gak bawa helm..”
“Udah.. gak apa apa Mbak.. kalo pagi gini khan polisi belum ada. Masih pada tidur..’” candaku.
Akhirnya ia luluh dengan ajakanku dan segera naik ke atas motorku. Motorku berjenis motor sport.. sehingga posisi duduk pembonceng agak menunduk.. dan tentu saja ini memberikan manfaat tambahan bagiku.
Untuk mengantisipasi hal tersebut Tya menempatkan tasnya di antara posisi dudukku dengan duduknya. Namun tetap saja sesekali tonjolan payudara nya menyentuh punggungku.
Kulajukan sepeda motorku dengan santai agar aku punya waktu yang cukup lama untuk ngobrol dengannya.
Obrolan kami ringan-ringan saja seputar pekerjaan dan kantornya.
Tak lama kami pun tiba di kantornya yang berupa komplek ruko yang terletak tidak jauh dari Mall Kelapa Gading.
Setelah Tya turun dari motorku.. ia pun mengucapkan terimakasih..
“Terimakasih Mas Bowo atas tumpangannya..”
“Iya sama-sama Hes..”
Karena sudah mulai akrab.. aku pun tidak lagi memanggilnya Mbak. Itupun karena Tya yang memintanya.
“Oya nanti pulang bareng yuk. Aku pulang dari Sunter sore hari.. kamu pulang jam berapa..?”
“Aku pulang jam 5 sore sih mas.. tapi gak usah repot – repot.. aku naik angkot aja.. nanti merepotkan mas Bowo lagi..” Elaknya.
“Enggak merepotkan koq Hes.. daripada kamu naik angkot kemaleman sampe rumah..”
“Nanti jam 5 aku tunggu di sini ya..” Desakku.
“Ya udah deh mas.. tapi bener gak ngerepotin khan..?” Tanyanya lagi.
“Enggak koq.. tenang aja..”
“Oya aku minta pin BB donk biar nanti gampang ngabarin kalo sudah sampai..”
Dia lalu menyebutkan serangkain huruf dan angka Pin BB-nya.
“Ya udah aku masuk dulu ya mas..”
“Ok Hes. Selamat bekerja ya..”
Tya pun tersenyum manis padaku. Aku segera melajukan motorku dengan cepat ke arah kantorku di Sudirman.. Sudah pasti terlambat ini.
Tapi ya sudahlah.. tinggal nanti cari alasan kenapa terlambat sama si boss.
***
Pukul 4 sore.. aku buru-buru menuju mesin absen finger scan dan keluar dari kantor secepatnya.
Segera aku menuju ke parkiran motor dan melaju ke Kelapa Gading untuk menjemput Tya.. sang wanita idaman lain.. hehehe
Pukul 4. 40 aku pun tiba di Kelapa Gading. Aku sengaja menunggunya agak jauh dari kantornya agar tidak menimbulkan gossip dari rekan-rekan kerjanya.
Segera kukirim pesan via BBM yang mengabarkan keberadaanku.
Tak lama BBM itu pun berbalas kalo ia sedang membereskan pekerjaannya dan bersiap pulang.
Tak lama masuk lagi BBM darinya. Kali ini Tya mengabarkan kalo ia harus mengikuti meeting mendadak dengan pimpinan karena ada kekacauan sistem administrasi yang terjadi di bagiannya.
Dia mempersilakan aku untuk pulang saja dan tidak usah menunggunya.. karena dia tidak tahu jam berapa meeting akan selesai.
Tapi aku meyakinkan dia kalo aku akan tetap menunggu saja. Kasian juga kalo dia harus pulang malam naik angkot. Padahal sih dalam hati karena ada maunya.. hehe
Aku pun kembali menunggu di dekat sebuah kios rokok di pojokan tempat parkir komplek ruko tersebut. Untuk membunuh waktu.. aku pun ngobrol dengan tukang parkir dan penjaga kios rokok tersebut.
Pukul 19.30.. masuk BBM yang mengabarkan kalo Tya sudah menyelesaikan meeting dengan pimpinannya.. dan sebentar lagi akan keluar kantor.
Aku pun memberi tahu di mana posisiku. Tak lama sosok Tya terlihat keluar di sertai dua orang temannya.
Setelah berpisah dengan teman-temannya.. Tya lalu berjalan menghampiriku di kios rokok.
“Iihh.. mas Bowo.. sudah dibilangin pulang saja.. masih aja nungguin aku..” gerutunya, tapi sambil tersenyum.
“Biarin.. abisnya kasian ngeliat kamu cantik-cantik malam-malam naik angkot..” ujarku sambil memujinya. Tya sedikit tersipu mendengar pujianku.
“Iihh mas Bowo bisa aja.. cantikan juga mbak Santi..” ia menyebut nama istriku. Aku hanya tertawa saja menanggapinya.
“Ya.. sudah.. pulang yuk..” ajakku padanya.
Segera kupakai jaket serta helmku dan menyalakan mesin motor.. Tya pun segera menaiki jok motor. Akupun mulai melajukan motorku ke arah tempat tinggal kami.
Kurasakan hawa malam itu begitu dingin dan udara terasa lembab.. tanda-tanda akan turun hujan.
Dan benar saja.. ketika aku melaju di jalan Pegangsaan Dua.. tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.. hujan turun dengan derasnya secara tiba-tiba.
Aku pun segera berusaha mencari tempat berteduh.
Tak lama aku pun menemukan sebuah warung yang sudah tutup dengan teras yang cukup untuk kami berteduh.
Warung itu letaknya cukup tersembunyi dan tidak ada penerangan di terasnya.
Penerangan hanya dari kendaraan yang lewat dan sedikit cahaya dari lampu merkuri penerang jalan.
Aku dan Tya setengah berlari menghindari hujan.. menuju teras warung tersebut.. sedang motorku kubiarkan di bawah guyuran hujan.
Karena terlambat mencari tempat berteduh.. kulihat pakaian Tya sudah cukup basah terkena guyuran Hujan.
Sedang aku.. karena mengenakan Jaket kulit.. hanya celanaku saja yang basah.
Segera kulepaskan jaket yang kukenakan dan kukibaskan agar air yang menempel di bagian luarnya mengering.
Kusampirkan jaketku di pundak Tya yang kulihat mulai menggigil kedinginan.
Tangannya menyilang di depan dadanya. Kurapatkan jaketku agar ia bisa merasa lebih hangat.
Ia melihat ke arahku dan megucapkan terimakasih dengan bibir yang sedikit gemetar menahan dinginnya suhu udara malam itu.
Kuperhatikan keadaan warung tersebut. Warung semi permanen itu dibangun dengan setengah tembok.. setengahnya lagi kayu.
Lantainya terbuat dari adonan semen dan pasir saja yang tidak diberi ubin.
Kulihat kondisinya mulai sedikit berdebu.. tampaknya warung ini sudah cukup lama tutup.. mungkin karena bangkrut.
Memang kulihat di sekitar warung tersebut suasananya cukup sepi.. di sebelah kirinya terdapat lahan yang cukup luas.. yang tampaknya adalah garasi truk-truk ekspedisi yang malam itu terlihat kosong.
Di sebelah kanannya adalah lahan kosong yang ditumbuhi ilalang cukup tinggi.
Cukup lama kami berteduh di teras warung tersebut.. hujan turun semakin deras disertai kilat dan petir. Tya sering terpekik kala kilat menampakkan cahayanya di langit.. disertai suara petir yang menggelegar. Posisi berdirinya didekatkannya padaku.
Aku pun berinisiatif setengah memeluknya dari belakang.
Awalnya aku hanya memegang pinggangnya.. tetapi lama-kelamaan aku pun melingkarkan tanganku di depan perutnya.
Entah karena terbawa suasana atau kedinginan.. Tya mendiamkan saja perbuatanku itu. Kepala dan punggungnya malah disandarkan ke dadaku.
Aku terus memeluknya dari belakang sambil melihat ke arah jalan raya di mana lalulintasnya semakin sepi.
Sudah satu jam-an kami berteduh di tempat tersebut. Tidak ada satupun dari kami yang bersuara.. sibuk dengan pikiran masing-masing.
Sambil memeluknya dari belakang.. aku mencium wangi harum rambutnya yag tergerai basah.
Karena posisi kami yang berhimpitan.. mau tidak mau batang kemaluanku menempel di bongkahan pantatnya yang cukup kenyal.. dan sesekali bergesekan.
Lama-kelamaan hasrat kelelakianku pun bangkit. Kejantananku sedikit demi sedikit mengeras di balik celana jeansku.
Tya tampaknya menyadari perubahan biologis di tubuhku itu.. tetapi ia hanya melirikku sekilas sambil tersenyum.
Merasa mendapat lampu hijau.. aku mulai berani untuk berbuat lebih. Segera kususupkan tanganku ke balik blus batiknya dan mengusap=usap dengan halus dinding perutnya. Kurasakan otot-otot perut yang cukup liat dengan kulit yang halus.
Bener-benar aduhai bodi si Tya.. batinku.
Tya sedikit mengelinjang ketika telapak tanganku menyentuh kulit perutnya.
Karena malam makin dingin dan hasrat kelelakianku terus bergejolak.. kuberanikan diri.. tanganku main lebih ke atas. Dengan cepat kususupkan ke balik bra yang dikenakannya.
Tya cukup kaget dengan apa yang kulakukan.. dan berusaha berontak serta menepis kedua tanganku.. tetapi dengan tidak kalah cekatan aku memeluknya lebih keras dari belakang.. dan kedua telapak tanganku mencengkram dengan cukup kuat payudaranya.
Kurasakan payudara itu memiliki daging yang begitu kenyal dan terasa tonjolan puting susu yang makin mengeras.
Segera saja aku mengusap-usap puting dan payudara Tya dengan telapak tanganku.
Akhirnya pertahanan Tya pun melemah.. nafasnya mulai tersengal-sengal.
Kuciumi leher jenjangnya dan ia pun menggelinjang sambil merintih tertahan.. “Aaahhhh..!”
Karena tubuh Tya yang menggelinjang.. tubuhku pun sedikit terdorong ke belakang dan tersandar pada pintu warung.
Tiba-tiba kunci pada pintu warung itu terlepas.. dikarenakan dudukan kayu tempat kait gembok pengunci warung tersebut sudah lapuk termakan rayap. Pintu warung itu pun terdorong sedikit terbuka.
Aku segera menghentikan kegiatanku dan segera menarik kedua tanganku dari balik bajunya.
Segera kuambil senter kecil yang selalu kubawa dari kantong jaketku.
Kudorong pintu warung itu agar terbuka lebih lebar dan segera kusinari seisi ruangan itu dengan cahaya senterku.
Ruangan di dalam warung itu berukuran 3 x 3 meter. Di dalamnya sudah kosong.. hanya ada sebuah lemari kaca yang sudah usang.. mungkin bekas tempat meletakkan barang dagangan. Sebuah bangku kayu seperti bangku yang biasa kita temui di sekolah dasar dan di pojokan ada sebuah bale/dipan yang terbuat dari potongan-potongan bilah bambu berukuran 1,5 x 2 m.
Ruangan itu sedikit berdebu dan di langit-langit kutemukan fiting lampu yang berisi bohlam kecil berdaya 5 watt dan saklar model tarik.
Kutarik saklar tersebut dan ternyata lampu itu masih menyala.. entah mendapat pasokan listrik dari mana.. mungkin ada sambungan dari garasi truk di sebelahnya.
Ruangan itu menjadi lebih terang walau cahayanya masih temaram. Suhu dalam ruangan tersebut lebih hangat dibanding di luar.
Segera saja Tya kuajak masuk ke bagian dalam warung. Tya agak ragu.. tetapi kutarik lengannya agar ia segera masuk. Jauh lebih baik dan hangat di dalam dibanding di luar.
Tya meniup sedikit debu yang menempel pada bale-bale dan ia pun duduk di sisi bale tersebut.
Aku segera menutup pintu warung dari dalam.. agar ruangan menjadi lebih hangat dan aku pun duduk di samping Tya..
Lama kami terdiam sambil menelisik dengan seksama keadaan ruangan tersebut. Akhirnya aku teringat akan permainan kami yang terputus di luar tadi.
Tya lalu membuka jaket yang disampirkan di bahunya dan meletakkan di sandaran kursi kayu.
Aku segera menggeser tubuhku dan memposisikan tubuhku berhadapan dengan Tya.
Tya terlihat cantik di bawah cahaya temaram lampu 5 watt.. rambutnya sedikit acak-acakan dan basah.
Segera saja kuraih tengkuk Tya dengan tangan kananku dan mendekatkan wajahnya ke padaku.
Segera kulumat bibir Tya yang telah merekah. Sementara tangan kiriku melingkar di pinggangnya.
Cukup lama kami berpagutan dengan posisi duduk saling berhadapan. Aku pun mulai merebahkan tubuh Tya ke bale-bale.. sambil mulut kami tetap berpagutan.
Kugeser tubuhnya agak ke tengah dan ia pun mengangkat kakinya naik ke atas bale-bale. Sudah tak kupedulikan lagi debu tipis yang menempel di bale tersebut.
Hasrat kami jauh lebih menggebu di banding debu.
Sambil terus mengulum bibirnya.. lidahku dengan liar mengeksplore rongga mulut Tya. Kususupkan kembali tanganku ke balik blousenya dan berusaha meraih payudaranya.
Kumainkan lagi puting susu itu dengan telapak tanganku walapun blouse dan bra masih menempel di tubuhnya.
Namun lama-kelamaan posisi itu tidak membuatku nyaman.
Kuhentikan pagutan bibirku dan segera kutarik ke atas blouse batiknya.
Tya mengangkat tangannya ke atas dan mengangkat sedikit kepalanya. Blouse itu pun lolos dari tubuhnya.
Setelah blousenya terlepas.. segera kuraih kait bra di punggung Tya.
Ia sedikit melengkungkan punggungnya agar tanganku mudah meraih dan melepas kait bra yang dikenakannya.
Jrengg..! Bra itu pun akhirnya terlepas.
Kini tampak di hadapanku tubuh Tya yang setengah telanjang dengan bentuk payudara yang bulat sempurna dan puting susu yang tidak terlalu besar berwarna coklat muda mendekati merah muda.
Sesaat aku terpana dengan keindahan tubuh Tya.
Tya sadar aku memperhatikan tubuhnya lekat-lekat.. ia pun mendekapkan tangannya menutupi payudaranya.
Aku segera manarik tangan Tya ke atas dan menahannya dengan tanganku.
Payudara itu kembali mencuat dengan puting susu yang sepertinya menantang untuk diisap.
Segera saja kudekatkan wajahku ke payudaranya dan kuhisap puting susu payudara sebelah kirinya.
Tya melenguh dan punggungnya melengkung.. merasakan nikmat dari rangsangan yang kuberikan.
Tanganku tetap menahan tangan Tya di atas. Mulutku terus menghisap puting susu dan memainkannya dengan lidahku bergantian di kedua payudaranya.
Tya menggelinjang makin hebat.. kepalanya tergolek ke kanan ke kiri dengan mulut yang terus meracau menahan nikmat.
“Aahhh.. ouuhhh.. issshhhh..”
Cukup lama aku memainkan kedua payudaranya.
Setelah puas aku pun mulai membuka kancing dan retsleting celana jeans Tya.. lalu meloloskannya melewati kedua tungkai kakinya.
Celana dalam hitam berenda yang dikenakannya kulepas juga.
Di hadapanku kini tampak gundukan daging yang ditumbuhi bulu halus yang tersusun rapi. Terlihat garis yang membentuk belahan memeknya berwarna kemerahan.
Liang vagina itu terlihat sempit.. hampir tidak percaya kalau Tya sudah pernah melahirkan.
Dengan setengah berlutut di hadapannya.. kurenggangkan kedua pahanya dan kudekatkan wajahku ke liang vaginanya.
Segera saja kusapukan dengan lembut lidahku ke liang vaginanya. Slrupp..!
"Oughhh..!!" Sontak Tya kembali menjerit.. dan punggungya kembali melengkung.
Kumainkan lidahku terus menembus liang vagina. Vagina itu benar-benar rapat dan wangi.
Terus saja kusapukan lidakhku menerobos lobang kenikmatannya dan sesekali menyentuh klitorisnya.
Tya terus merintih dan menggelinjang. Liang itu benar-benar basah oleh cairan kewanitaannya. Kurasakan kedutan halus otot-otot vaginanya di lidahku.
Setelah cukup lama aku pun bangkit. Sambil tetap berlutut di atas bale aku melepaskan seluruh pakaian dan celana yang kukenakan termasuk celana dalamku.
Tuink..! Kontolku langsung melejit keluar.. tegak mengacung dengan urat-urat yang terlihat menonjol.
Tya sedikit kaget melihat ukuran kontolku. Ia lantas bangkit. Sambil duduk bersimpuh di hadapanku.. ia mulai memegang dan membelai kantung zakar dan batang penisku.
Perlahan dikulumnya batang kontolku. Batang kontol yang cukup besar dan panjang terlihat tidak sanggup dikulum seluruhnya oleh bibir mungil Tya.
Tetapi aku cukup puas karena isapan dan sapuan lidahnya yang lembut di batang dan kepala kontolku membuat aliran darah semakin deras mengalir ke urat-urat kejantananku. Kontolku pun semakin keras.
Cukup lama Tya menghisap kontolku.. akhinya kucabut perlahan batang kontolku dari mulutnya dan kurebahkan tubuh Tya ke bale-bale.
Kudekatkan kepala kontolku yang sudah basah oleh air liurnya ke arah liang vagina Tya.
Kedua pahanya direnggangkan dan lututnya ditekuk. Liang vagina itu sedikit merekah.
Terlihat berwarna merah muda dan berkilat basah oleh cairan yang membanjirinya.
Perlahan kutempelkan kepala kontolku tepat di pintu masuk liang vaginanya.
Sleepph.. Kumajukan perlahan pinggulku dan kepala kontolku pun menyeruak masuk.. mencoba menembus pertahanan Tya.
Slebbh.. Clebbh.. "Erghh.." Terasa sempit. Tya pun sepertinya menahan rasa sakit.
Ketika batang kontolku terbenam setengahnya di liang vaginanya.. kucoba memaju-mundurkan batang kontolku perlahan.
Akhirnya dengan sedikit paksaan.. batang kontoku terbenam seluruhnya dalam liang vagina Tya.
Tya menjerit tertahan merasakan tubuhnya di masuki batang kontol yang cukup besar.
Jlebbhh..! “Aaacchhhhh.. iiissshhhhttt.. ooouuuuchhhh..”
Saking sempitnya.. vaginanya terlihat menggembung.. sesak menampung batang kontolku.
Kudiamkan sesaat batang kontolku di dalam vagina Tya. Merasakan sensasi kedutan-kedutan halus otot vaginanya yang mencengkram erat seluruh batang kontolku. Sungguh sensasi yang tidak terkira.
Setelah beberapa saat perlahan kumaju-mundurkan pinggulku lagi dan penisku terlihat bergerak maju-mundur di liang vaginanya.
Batang itu terlihat basah berkilat dilumuri cairan kewanitaan Tya.
Semakin lama kupercepat gerakan pinggulku dan Tya pun makin meracau dan merintih merasakan kenikmatan persetubuhan kami.
“Aaacchhhhh.. ooouuchhhh.. acchhhhh.. sssttt.. mmmaaa asss..” Terus saja kuhujamkan batang kontolku ke vagina Tya.
Posisiku setengah berlutut ditopang kedua tanganku yang diposisikan mengapit kedua payudara Tya.
Daging kenyal itu bergesekan dengan kulit lenganku mencipatan sensasi tersendiri. Payudara itu terus berguncang mengikuti irama sodokan pinggulku.
Serunya aktivitas kami di atas bale-bale menciptakan suara berderit yang cukup riuh di ruangan tersebut. Belum lagi suara nafas kami yang memburu dan rintihan serta suara Tya yang terus meracau.. menciptakan suara-suara di malam sunyi itu.
Tiba-tiba Blackberry Tya berdering.. Tya agak kaget. Segera diraihnya Blackberry yang diletakkan di dalam tas tak jauh dari tubuhnya.
Terlihat nama suaminya di layar BB. Tya memberi kode dengan telunjuknya.. memintaku agar berhenti
sesaat menggenjot tubuhnya.
“Iya mas..” jawab Tya.
“Aku masih di jalan.. ini lagi berteduh. Aku numpang sama temen naik motor..”
Tya pun berbohong pada suaminya.. “Iya sebentar lagi aku jalan..” tutupnya.
Begitu bunyi percakapan Tya dengan suaminya di telepon.
Ketika menerima telpon.. aku tidak menghentikan genjotanku.. aku hanya mengurangi temponya.. sehingga ia pun berbicara sedikit tertatah agar tidak sampai merintih.
Dicubitnya perutku.. sambil merajuk. “Hampir aja ketahuan..” ujarnya lagi.
Tidak tampak perasaan bersalah di wajahnya.. walau vagina yang seharusnya menjadi hak suaminya tengah dimasuki oleh kontol tetangganya.
Tampak birahinya yang menggebu mengalahkan logika dan akal sehatnya.
Segera aku menggenjot kembali pinggulku denga tempo yang lebih cepat.
Tya kembali merintih dan tak lama ia pun menjerit panjang sambil meremas lenganku dengan kerasnya.
Di bawah sana terasa kedutan dan otot vaginanya mencengkram makin keras di barengi dengan punggungnya yang sedikit melengkung menahan ledakan kenikmatan yang dirasakannya. Tya mencapai klimaksnya.
Melihatnya mengalami orgasme aku pun makin mempercepat tempo permainanku. Sudah hampir 40 menit aku menggempurnya dengan posisi misionaris.
Tak lama.. pertahananku pun mulai jebol. Tempo sodokanku makin cepat lagi.
Tubuhku mengejang dan pinggulku kudorong kuat-kuat.. sehingga kantong zakarku membentur bibir vaginanya.
Ujung penisku pun terasa menyentuh mulut rahimnya.
Crett.. crett.. crett..crett..! Spermaku menyemprot dengan deras ke dalam liang vaginanya.
Batang kontolku berdenyut dengan kerasnya.
Tya merasakan sensasi kenikmatan yang tiada tara. Matanya terpejam.. mulutnya setengah terbuka. Suara rintihan tertahan keluar dari mulutnya seiring sensasi aliran lava hangat yang mengalir ke dalam tubuhnya.
Tangannya tiba-tiba mencengkram tengkukku dan menarik wajahku mendekat padanya. Dilumatnya bibirku dengan liarnya.
Digigit-gigit juga bibir bawahku dan lidahnya menyapu liar setiap sisi rongga mulutku. Terlihatlah sisi liar Tya.
Tubuh kami berhimpitan.. tubuhku masih menindih tubuhnya. Payudaranya yang cukup keras tertindih dadaku. Keringat kami bercampur jadi satu.
Cairan kelamin kami pun berpadu di liang vagina Tya. Batang kontolku masih tertanam seluruhnya.
Otot vagina Tya mencengkram dengan erat.. sepertinya enggan melepaskan batang kontolku.
Hujan di luar makin reda seiring berakhirnya pertempuran kami. Suhu ruangan tidak lagi dingin namun panas diiringi suara nafas yang terengah-engah.
Perlahan aku melepaskan bibir Tya dan mengeluarkan batang kontolku dari vaginanya. Terlihat batang kontolku sangat basah.
Dan kulihat lubang memeknya yang tadi sempit kini merekah seperti bunga dan terlihat lelehan cairan putih spermaku.
Aku pun bangkit berdiri dan mulai berpakaian. Hampir satu jam kami bersetubuh di warung itu. Sementara Tya tampaknya benar-benar kepayahan.
Aku pun lantas membantunya untuk bangkit dan mengenakan pakaiannya. Kepalanya disandarkan di bahuku dan kupapah tubuhnya menuju motor yang terparkir di luar.
Dengan lembut Tya mencium pipiku sambil berbisik mesra.. “Besok lagi ya sayang..” (. ) ( .)







Tidak ada komentar:
Posting Komentar